Foto: sekolahdasar.net |
Forum.mediaipnu.or.id - Menjadi Guru di Usia Muda. Perjalanan hidup tidak ada yang tahu. Awal menapaki kaki di sebuah pondok pesantren saya sering diminta oleh ustadz dan ustadzah untuk menulis di depan kelas. Tepatnya di papan tulis. Waktu itu baru saja mulai menulis memakai spidol.
Hal ini saya lakukan
untuk menggantikan guru saya agar teman-teman saya semua bisa mencatat apa yang
dipelajari. Sebab guru-guru kami pada waktu itu umumnya sudah pada tua, dan
tidak sanggup lagi untuk berdiri lama. Dengan senang hati saya melakukannya.
Hampir setiap hari tugas saya begitu di kelas. Karena sudah terbiasa saya pun
dengan senang hati melakukannya.
Ada satu hal menarik yang
selalu saya lakukan di saat usia saya masih muda belia. Yakni waktu itu saya
masih duduk di bangku kelas dua tingkat SMP. Namun karena keadaan keluarga yang
kurang mampu saya mencoba untuk menjadi guru privat di rumah penduduk yang
letaknya tak jauh dari asrama tempat saya tinggal.
Alhamdulillah mereka mau
menerima saya untuk jadi guru ngaji sama anak-anaknya. Pekerjaan itu saya
lakukan pada malam hari setelah shalat Maghrib. Saya berjalan kaki menuju ke
rumah tempat saya mengajar.
Foto: panduanmengajar.com |
Namanya masih muda, badan
hampir sama besar dengan murid, usia pun juga begitu, maka terkadang anak yang
saya ajari mengaji malah mengajak saya untuk bermain. Saya pun mengikuti saja
ajakannya itu tapi saya kasih waktu hanya sebentar. Lalu kemudian kami kembali
mengaji, (belajar membaca Al Qur'an).
Alhamdulillah mereka mau
mengikuti aturan saya. Anak-anak yang saya ajarin waktu itu ada tiga orang.
Semuanya hampir sama besar dengan saya. Tapi saya tidak mengerti kenapa mereka
patuh dan mau belajar dengan saya.
Inilah pelajaran hidup
yang sangat berarti bagi saya. Sampai akhirnya saya tamat dari pondok itu dan
melanjutkan pendidikan saya ke perguruan tinggi. Di sana pun, saat awal kuliyah
saya bingung. Karena sudah terbiasa mengajar maka saya tidak enak hati
kalau saya tidak bekerja .
Saya pun mencoba untuk
mencari tempat mengajar. Di sela padatnya jam kuliyah, saya masih bisa menjadi
guru. Walaupun sebenarnya sangatlah susah karena anak-anak yang saya didik pada
waktu itu sangat luar biasa perangainya.
Dari sana saya belajar
sabar dan Ikhlas dalam menghadapi tingkah laku dari berbagai macam murid-murid
yang saya didik. Sampai mereka bisa curhat ke saya, ternyata ada orang tua
mereka ke-duanya berada di balik jeruji besi. Mendengar penuturan mereka saya tidak
bisa marah malah saya berlinang air mata.
Akhirnya saya belajar
mengenal psikologis siswa saya. Hal ini membuat mereka semakin dekat dengan
saya. Saya juga tidak tahu apakah mereka menganggap saya ini gurunya atau
sahabatnya. Karena mereka dengan saya tidak memanggil ibu atau umi, akan tetapi
manggil kakak.
Apapun itu bagi saya
tidak masalah yang penting mereka mau belajar dengan saya. Anehnya ketika sudah
kenaikan kelas mereka tidak mau naik kelas kalau bukan saya yang menjadi
gurunya. Astagfirullah...jadi ini bagaimana kata kepala sekolah dengan saya.
Padahal waktu itu seharusnya saya tidak mengajar di kelas tinggi karena saya
baru pemula.
Akan tetapi karena anak
murid yang saya didik itu tidak mau belajar kalau bukan saya gurunya maka
kepala sekolah yang mengalah. Saya diizinkan untuk mengajar di kelas tinggi.
Haa..aneh bin ajaib. Inilah segelumit kisah saya ketika jadi guru muda.
Penulis: Elmi Safridati
NB: Artikel ini telah terbit di Kompasiana (https://www.kompasiana.com/elmisafridati0668/)
Baca juga:
- Diana Dee Starlight Ngaku Sudah Lama Gak Di.., Netizen: Lemesin Aja
- Prilly Latuconsina Kembali Jadi Dosen UGM Pada Kajian Selebritas
- Kemenparekraf Gelar Sosialisasi SNI CHSE
- Mensos Risma Ajak Pelajar Teladani Nilai-nilai Kepahlawanan
- Netizen Puji Luna Maya Sebagai The Real Usia Bukanlah Patokan
Menjadi Guru di Usia Muda. Ini Menjadi Guru di Usia Muda. Info Menjadi Guru di Usia Muda. Jika Menjadi Guru di Usia Muda. Menjadi Guru di Usia Muda.